SISITERANG.ID - Black Friday, yang jatuh pada Jumat pertama setelah Thanksgiving di Amerika Serikat, telah menjadi fenomena unik yang dicari oleh para konsumen dan diadopsi oleh berbagai negara di seluruh dunia. Acara ini tidak hanya menandai awal musim belanja Natal tetapi juga memberikan peluang diskon besar-besaran yang jarang ditemui pada hari-hari biasa.
Foto: Gustavo Fring/Pexels |
Asal Usul Nama "Black Friday"
Istilah "Black Friday" awalnya digunakan untuk merujuk pada krisis keuangan pada tahun 1869 di Amerika Serikat. Namun, penggunaan yang lebih modern dan terkait dengan belanja dimulai pada tahun 1960-an di Philadelphia. Awalnya, istilah ini merujuk pada kemacetan lalu lintas dan kerumunan besar yang terjadi setelah Thanksgiving, karena banyaknya orang yang pergi berbelanja dan menonton parade.
Seiring waktu, istilah "Black Friday" mengalami evolusi menjadi representasi keberhasilan pedagang dan penjual dalam menyelesaikan tahun dengan keuntungan besar, membuat catatan penjualan mereka menjadi "hitam" dalam buku akuntansi yang menggunakan tinta merah untuk mewakili kerugian. Hari tersebut menjadi momen di mana banyak bisnis mencapai titik impas atau bahkan mengalami keuntungan.
Fenomena Belanja Besar-Besaran
Black Friday telah berkembang menjadi hari belanja terbesar dalam setahun, dengan toko-toko menawarkan diskon besar-besaran untuk menarik pembeli. Toko-toko fisik dan online bersaing untuk menawarkan penawaran terbaik, mulai dari elektronik hingga pakaian, peralatan rumah tangga, dan mainan. Beberapa toko bahkan membuka pintunya pada tengah malam atau bahkan pada Thanksgiving malam sendiri untuk menarik pelanggan yang mencari kesepakatan terbaik.
Pada hari ini, konsumen sering membentuk antrian panjang di depan toko-toko sebelum pintu dibuka, yang sering kali menciptakan momen kekacauan atau kerusuhan. Namun, dengan perkembangan teknologi, belanja online juga telah menjadi pilihan yang populer, memungkinkan orang untuk menikmati penawaran Black Friday tanpa harus meninggalkan kenyamanan rumah mereka.
Pengaruh Global dan Perluasan Durasi Belanja
Seiring dengan globalisasi dan pertumbuhan perdagangan elektronik, fenomena Black Friday tidak lagi terbatas pada Amerika Serikat. Banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, juga mengadopsi tradisi ini dengan toko-toko dan platform belanja online menawarkan diskon besar-besaran untuk menarik pelanggan.
Selain itu, tradisi Black Friday telah diperluas ke dalam "Cyber Monday," yang merupakan hari Senin setelah Thanksgiving. Pada hari ini, fokusnya beralih ke penawaran online, memberikan kesempatan tambahan bagi konsumen untuk mendapatkan diskon dan promosi.
Kritik dan Perubahan Dinamika
Meskipun populer, Black Friday juga mendapat kritik, terutama terkait dengan kekacauan dan kerusuhan yang terkadang terjadi di toko-toko fisik. Selain itu, ada juga kritik terhadap konsumisme berlebihan dan dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat produksi dan pembelian barang-barang yang tidak selalu diperlukan.
Beberapa peritel telah mulai mengubah dinamika Black Friday dengan menggeser fokus dari diskon besar-besaran ke strategi belanja yang lebih berkelanjutan, menekankan pada kualitas daripada kuantitas.
Dalam keseluruhan, Black Friday tetap menjadi salah satu peristiwa belanja paling diantisipasi di dunia, menandai awal musim belanja Natal dan memberikan peluang luar biasa bagi konsumen untuk mendapatkan penawaran terbaik.